Kejadian Kanjuruhan: Aksi represif serta tembakan gas air mata terhadap suporter‘ bukan awal kali terjalin’, tetapi‘ tidak sempat ditangani sungguh- sungguh’
Suporter Persebaya menyalakan parafin dikala menjajaki doa bersama di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Senin( 3/ 10/ 2022).
Sumber foto, ANTARA FOTO
Saat sebelum kejadian di Malang, Save Our Soccer melaporkan 86 suporter sepak bola tewas semenjak 1995, kebanyakan diakibatkan oleh kericuhan. 40 menit yang laluAksi represif serta tembakan gas air mata yang berujung parah dalam penindakan kericuhan suporter di pertandingan sepak bola diucap“ bukan awal kali terjalin”. Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, memantau pelanggaran prosedur penindakan massa itu“ didiamkan” sehingga terus kesekian serta merangsang kejadian yang membunuh 125 orang di Stadion Kanjuruhan, Malang. Saat sebelum kejadian di Malang, Save Our Soccer mencatat sebanyak 86 suporter sepak bola tewas semenjak 1995, kebanyakan diakibatkan oleh kericuhan.
“ Peristiwa semacam ini telah kesekian kali, tetapi tidak terdapat penindakan sungguh- sungguh dari pengelola sepak bola kita, kesimpulannya kita diuji dengan tes yang lebih berat. Ini sangat memprihatinkan serta jika masih tidak terdapat introspeksi, lebih baik ditiadakan saja sepak bola di Indonesia ini,” kata Akmal kepada BBC News Indonesia, Senin( 03/ 10). Menit- menit mematikan kejadian Stadion Kanjuruhan,‘ jeritan, tergeletak tidak bernyawa’, cerita para saksi dari beberapa tribun 3 Oktober 2022 Organisasi HAM: Kejadian di Stadion Kanjuruhan tidak lumayan cuma diselidiki oleh PSSI serta Polri 3 Oktober 2022 Kapolri didesak cek dugaan pelanggaran prosedur di Stadion Kanjuruhan karena gas air mata merangsang kepanikan orang 3 Oktober 2022 Di Stadion Kanjuruhan, pelontaran gas air mata ke tengah kerumunan suporter pula sempat terjalin pada 2018 kala Arema FC bertanding melawan Persib.
Satu orang Aremania wafat dunia satu hari sehabis peristiwa itu akibat sesak nafas serta lemas. Jurnalis yang teratur meliput pertandingan Arema FC, Aditya Wahyu Pratama, ikut melihat langsung kericuhan 4 tahun kemudian itu. Setelah itu pada Sabtu( 1/ 10) kemudian, ia kembali jadi saksi fatalnya tembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan dalam skala“ yang jauh lebih seram”. Malam itu, ia melihat langsung betapa banyaknya korban yang tidak tertolong. “ Korban- korban yang istilahnya telah tidak tertolong itu dikumpulin di lapangan sama para pemain, sama manajernya Arema. Ya telah ditaruh di lapangan gitu dijejer. Aduh, banyak banget... bisa jadi puluhan,” ucap ia. Beberapa suporter dari bermacam klub di Indonesia pula mengaku sempat melihat langsung aksi represif aparat sampai tembakan gas air mata kala menanggulangi massa di stadion.
Pengamat sepak bola, Anton Sanjoyo, berkata metode pengamanan massa suporter di zona lapangan sepatutnya mengacu pada ketentuan FIFA, yang melarang kedatangan petugas keamanan bersenjata dan pemakaian gas air mata. Namun pada praktiknya, aparat keamanan yang dilengkapi pelontar gas air mata terus timbul dalam pertandingan sepak bola di Indonesia. Tetapi tidak terdapat yang mempermasalahkan sebab tidak sempat memakan korban jiwa sebesar peristiwa di Malang. “ Jadi barangkali PSSI menyangka itu perihal yang tidak sempat dipermasalahkan oleh FIFA, saat ini sebab korbannya sangat besar jadi concern. Aku percaya FIFA hendak bertanya pada PSSI gimana handling permasalahan ini, sangat hendak dijawab, loh dahulu bertahun- tahun anggota polisi di lapangan tidak dipermasalahkan,” tutur Anton. Seseorang wanita menangis di depan pintu Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Senin( 3/ 10).
Sumber foto, EPA
Seseorang wanita menangis di depan pintu Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Senin( 3/ 10). Maike Ira Puspita, Wakil Sekjen PSSI, berkata kepada BBC kalau aksi penangkalan ekstra sudah dilakukan- termasuk mengetatkan pengamanan" buat aksi penangkalan". Para pendukung Persebaya pula dilarang tiba ke Stadion Kanjuruhan. Sepanjang babak awal pertandingan, seluruhnya" terkelola".“ Pengamanan berlangsung semacam biasa,” kata Maike." Pada paruh waktu, keadaannya baik- baik saja." Pada akhir pertandingan usai, Arema kalah 2- 3. " Serta ini merupakan titik kala sebagian pendukung berlari ke lapangan. Serta seluruhnya mulai rusak dari situ," kata Puspita. Tidak jelas apa yang sesungguhnya terjalin berikutnya. Pihak berwenang apalagi tidak ingin merinci kronologi peristiwa di lapangan. " Aku pikir lebih baik kita seluruh menunggu regu investigasi," kata Maike kepada BBC. Kejadian Stadion Kanjuruhan: Menit- menit mematikan,‘ jeritan, tergeletak pingsan, tidak bernyawa’ di tengah lautan asap gas air mata, cerita para saksi dari beberapa tribun Sedangkan itu, Kepolisian Republik Indonesia( Polri) sudah mengecek 28 anggotanya terpaut dugaan pelanggaran etik di Kanjuruhan serta menonaktifkan Kapolres Malang selaku respons atas peristiwa ini.
‘ Mending lapangannya dihancurin daripada manusianya dimatiin’
Selama jurnalis Aditya Wahyu Pratama meliput pertandingan kandang Arema FC semenjak 2016, para suporter sudah berulang kali turun ke lapangan buat mengantarkan" uneg- uneg mereka". Peristiwa semacam itu, bagi ia, paling tidak terjalin satu kali dalam satu masa. Aditya juga bingung kenapa aparat hingga menembakkan gas air mata ke arah tribun pemirsa. Pada malam itu, Aditya melihat para suporter dievakuasi ke lorong- lorong stadion didekat ruang media. Sebagian di antara lain telah terbujur kaku tidak bernyawa. “ Banyak yang telah biru wajahnya. Terdapat sahabat yang bantu CPR itu sebab denyut jantung korban telah tipis banget kayaknya, ia coba CPR nyatanya tidak tertolong. Sebagian sahabat yang membawa korban telah tidak terdapat nyawanya,” tutur Aditya yang mengaku masih trauma atas peristiwa malam itu.
Ia pula melihat gimana petugas kedokteran kewalahan menanggulangi banyaknya korban, sebaliknya armada ambulans bonus tidak dapat masuk ke zona stadion. Dampaknya, banyak korban tidak tertolong. “ Seumur- umur sepanjang sebagian tahun( meliput) baru ini yang parah banget. Jika aku individu sih mending lapangannya dihancurin, daripada manusianya dimatiin,” tutur Aditya. Ini ialah kali kedua Aditya melihat langsung kericuhan yang berujung pada tembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan. Peristiwa lebih dahulu terjalin pada 2018 kala Arema bertanding melawan Persib. Satu orang suporter Arema wafat dunia satu hari sehabis peristiwa itu sebab lemas serta sesak nafas. “ Tetapi memanglah waktu itu yang kena gas air mata tidak sebanyak saat ini. Dikala itu regu kedokteran masih dapat membantu, jika kemarin telah kewalahan,” kata Aditya. Masyarakat bersama suporter Arema FC( Aremania) berdoa bersama di taman Stadion Kanjuruhan, Malang, jawa Timur, Pekan( 2/ 10/ 2022).
Sumber foto, ANTARA FOTO
Masyarakat bersama suporter Arema FC( Aremania) berdoa bersama di taman Stadion Kanjuruhan, Malang, jawa Timur, Pekan( 02/ 10/ 2022). Seseorang suporter Arema yang lain yang jadi saksi mata pada pertandingan itu, Muhammad Dipo Maulana, berkata polisi“ tidak berikan imbauan ataupun peringatan sama sekali” saat sebelum menembakkan gas air mata. Apabila klaim Dipo teruji benar, hingga terdapat mungkin penembakan gas air mata itu berlawanan dengan Protap Kapolri No 1 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Anarki. Sedangkan itu, seseorang suporter dari Persija Jakarta, David–bukan nama sebenarnya—mengatakan pula sempat hadapi tembakan gas air mata dalam pertandingan yang ia tonton di Gelora Bung Karno pada 2012.
Cuma saja, tembakan gas air mata waktu itu menuju pada satu sisi tribun saja. Keadaan di stadion GBK yang mempunyai banyak pintu juga memudahkan para suporter buat mengevakuasi diri. Sebaliknya seseorang bobotoh, istilah buat suporter Persib Bandung, Dimas Edi Sambadha, berkata kalau respons represif aparat sering timbul kala para suporter mulai“ panas” akibat tensi pertandingan yang besar. “ Kala massanya banyak serta orangnya macam- macam seluruh dapat terjalin, kesimpulannya terdapat saja yang kena bogem, kena jam serta aku kerap memandang itu gunakan mata kepala aku sendiri,” kata ia. Atas peristiwa yang terjalin di Malang, para suporter ini juga menyuarakan supaya PSSI“ mengevaluasi total” prosedur keselamatan serta keamanan di stadion, paling utama dalam menanggulangi massa suporter.
Polisi dinilai lakukan ketentuan sendiri, sebaliknya PSSI dituduh membiarkan Suporter sepak bola meletakkan atribut Arema dikala menjajaki doa bersama untuk korban Kejadian Kanjuruhan di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Senin( 3/ 10/ 2022). Banyaknya jumlah korban jiwa dalam peristiwa di Malang, kata Akmal Marhali, menampilkan prosedur penindakan massa yang“ kurang baik” sebab aparat“ tidak menguasai regulasi” yang berlaku di dalam sepak bola. Banyaknya jumlah korban jiwa dalam peristiwa di Malang, kata Akmal Marhali, menampilkan prosedur penindakan massa yang“ kurang baik” sebab aparat“ tidak menguasai regulasi” yang berlaku di dalam sepak bola. Tetapi Akmal memperhitungkan PSSI ikut“ berdosa” dalam perihal ini sebab dikira tidak menarangkan prosedur keselamatan serta keamanan yang mengacu pada standar FIFA kepada aparat.
Perihal itu tercermin dari pemakaian gas air mata di dalam stadion yang jelas- jelas berlawanan dengan regulasi FIFA. “ Sepanjang ini polisi menempuh ketentuan yang mereka miliki sendiri sebab mereka tidak memperoleh masukan tentang aturan- aturan sepak bola, sebab itu ke depan ini seluruh wajib dibenahi bersama- sama,” kata Akmal. Sedangkan itu, bagi Anton Sanjoyo, keterlibatan aparat sepatutnya cuma di zona luar stadion. Karena polisi mempunyai pendekatan yang berbeda dalam penindakan massa. Zona lapangan, kata ia, sepatutnya jadi“ zona teknis yang jadi ranah hukum FIFA” sehingga sistem pengamanannya juga mengacu pada regulasi FIFA. Idealnya, tidak boleh terdapat aparat keamanan terlebih yang bersenjata serta bawa pelontar gas air mata di dalamnya. Pengendalian massa sepatutnya diupayakan senantiasa persuasif.
“ Sepatutnya dihimbau dahulu, dipagar betis, didorong buat kembali ke posisi ia di tribun. Berbeda jika di luar stadion, itu baru memakai standar penindakan massa polisi,” jelas ia. Tetapi lebih dahulu, Anton memperhitungkan PSSI cenderung membiarkan pendekatan pengamanan khas polisi itu terjalin di dalam stadion sebab tidak sempat dipersoalkan oleh FIFA. “ Perkara besarnya saat ini sebab terdapat 130 nyawa melayang, kesimpulannya orang mengacu lagi ketentuan FIFA gimana sih sesungguhnya? Oh ketentuan FIFA sesungguhnya tidak boleh. Kala tidak boleh, kita wajib amati, apakah ketentuan PSSI mempunyai ketentuan yang berbeda dengan FIFA. Jika berbeda mengapa? Wajib kita tanya ke PSSI, mengapa senantiasa terdapat aparat keamanan di zona teknis?” jelas Anton. Tetapi PSSI belum merespons persoalan BBC News Indonesia terpaut perihal itu hingga kabar ini diterbitkan. Di sisi lain, Anton pula berkata butuh dikenal secara jelas alibi aparat menembakkan gas air mata pada malam itu mengingat besarnya jumlah massa yang turun ke lapangan.
“ Kita hendak mencari ketahui, tetapi pemakaian gas air mata tanpa prosedur bertahap, itu yang hendak jadi bahan penyelidikan di hari- hari ke depan,” ucap Anton yang pula tergabung dalam Regu Gabungan Pencari Kenyataan( TGPF) bentukan Menteri Koordinator Politik Hukum serta Keamanan Mahfud MD.
Kenapa polisi yang dikerahkan dalam pertandingan sepak bola?
Akmal berkata pengamanan pertandingan di dalam stadion idealnya dicoba oleh sipil lewat para stewards semacam yang dicoba di liga- liga di Eropa. Tetapi buat sediakan stewards itu, PSSI dikira tidak mempunyai sumber energi buat melatih mereka. “ Jadi jika saat ini masih dengan polisi sebab polisi telah terdapat pembinaan serta pelatihan terbentuknya chaos, hanya tidak diberi input yang matang serta komprehensif soal ketentuan FIFA,” kata Akmal. Bagi Akmal, PSSI sesungguhnya pula sudah mempunyai regulasi terpaut keselamatan serta keamanan di stadion yang dapat jadi acuan aparat. Tetapi kejadian di Malang meyakinkan kalau regulasi itu tidak diimplementasikan dengan baik di lapangan. “ Kala terdapat permasalahan baru panik luar biasa, sementara itu telah banyak masukan- masukan terpaut prediksi pertandingan yang berisiko besar,” jelas ia. “ Ini jadi tanggung jawab PSSI sepatutnya buat mensosialisasikan, tidak hanya ke polisi, tetapi pula ke suporter sehingga orang tiba ke stadion betul- betul dapat menikmati pertandingan,” kata Akmal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar